wikileaks, menolak rahasia YANG DISALAHGUNAKAN

Hanya dalam kurun empat tahun sejak diluncurkan, situs peniup peluit (whistle blower) WikiLeaks sangat terkenal. Kiprah termutakhirnya membocorkan lebih dari 250.000 dokumen kawat diplomat AS membuat ”Negeri Paman Sam” serta banyak pemimpin dunia pusing kepala.

Kehebohan terus terjadi seiring dengan bocoran dokumen, mulai dari Arab Saudi meminta AS menyerang Iran atau bagaimana AS menyebut Rusia sebagai ”Negara Mafia” dan para pemimpinnya diibaratkan tokoh komik Batman dan Robin.

Fenomena WikiLeaks juga menunjukkan bagaimana negara adidaya memperlakukan negara lain, sekaligus ”wajah” sebenarnya negara Barat, yang antikebebasan informasi, demokrasi. Ini tampak dalam reaksi mereka atas kebocoran tersebut.

Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, mengatakan, sebenarnya dia tidak anti terhadap kerahasiaan. Assange menyebut kerahasiaan sangat penting bagi WikiLeaks, terutama untuk melindungi sumber pemasok berbagai informasi rahasia ke mereka.

”Dalam banyak hal kerahasiaan sangat penting. Namun, kerahasiaan jangan dipakai untuk menutup-nutupi sebuah penyalahgunaan, yang kemudian membawa kita pada pertanyaan soal siapa yang memutuskan atau bertanggung jawab terhadap kerahasiaan,” ujar Assange.

Situs WikiLeaks membangun sistemnya sendiri. Setiap data yang masuk otomatis terenkripsi dan langsung anonim. Orang dalam WikiLeaks pun tidak tahu identitas si pengirim bocoran. ”Namun, memang kadang ada sumber yang mencoba langsung menghubungi kami dan mengaku punya dokumen rahasia untuk disebar,” ujar Assange.

Dalam kondisi seperti itu WikiLeaks memintanya mengirim dokumen dengan proses yang tetap anonim. ”Kami bisa saja mengira-ngira siapa pengirimnya. Namun, hal itu tetap sebatas dugaan tanpa bisa dibuktikan,” ujar Assange, akhir Juli lalu di depan Frontline Club di London, Inggris.

Bagaimana WikiLeaks mendapat bocoran? Pemerintah AS menangkap seorang analis intelijen Angkatan Darat AS, Bradley Manning (22), yang diduga membocorkan dokumen rahasia ke WikiLeaks.

Salah satu dokumen rahasia yang dibocorkan Manning itu berisi rekaman video soal helikopter tempur AS, Apache, yang menembaki dan menewaskan 12 warga sipil di Baghdad, Irak, tahun 2007. Selain itu juga 90.000 dokumen sepanjang tahun 2004-2009 terkait perang AS di Afganistan.

WikiLeaks juga digugat soal keotentikan dan keorisinalan dokumen rahasia yang diperoleh. Namun, WikiLeaks mengatakan, badan itu juga mengembangkan mekanisme verifikasi terhadap data atau informasi bocoran yang diperoleh.

Selain dengan menerapkan teknik jurnalisme investigatif, mereka juga mengembangkan sejumlah teknik verifikasi lain, termasuk mencari kemungkinan apakah data itu palsu dan siapa kira-kira yang punya motif atau siapa yang akan diuntungkan.

Terkait video serangan helikopter tempur AS di Irak, WikiLeaks bahkan menelusuri data, informasi, kesaksian, dokumen rumah sakit, dan fakta-fakta eksternal lain sebelum memastikan keaslian rekaman dan memublikasikannya.

WikiLeaks juga mengirim dokumen mentah ke sejumlah media utama yang dipilih untuk bersama-sama memublikasikan bocoran. Dengan menyerahkan bocoran dalam bentuk data mentah, WikiLeaks mencoba membuktikan informasi yang mereka punya itu otentik dan tidak disensor untuk kepentingan tertentu.


Taktik Militer

”Jurnalis lain bisa jadi melihat sudut pandang lain yang tidak kami lihat sebelumnya. Dengan mencantumkan pula data asli, kami berharap analisis dan tanggapan yang muncul bisa jauh lebih luas dan masyarakat bisa tahu kebenaran sekaligus menentukan pilihan mereka sendiri,” papar Assange dalam situsnya itu.

Lalu, siapa di balik WikiLeaks dan apa kira-kira rencana besarnya. Teori konspirasi sempat dilontarkan pembawa acara talkshow sekaligus komentator politik terkenal AS, Glenn Beck, yang meyakini keterkaitan Assange dengan filantropis dan hartawan dunia, George Soros.

Keduanya mencintai dan menginginkan sebuah ”masyarakat terbuka”. Bukti lain, Assange didukung oleh para pengacara pro bono (tak dibayar), yang bekerja untuk Open Society Institute yang didirikan Soros. Teori konspirasi Beck berujung pada tuduhan, keduanya mencoba menciptakan kondisi kacau dengan mendestabilkan seluruh pemerintahan di dunia. Akibatnya, keduanya dianggap tak berbeda dengan jaringan Al Qaeda.

Tuduhan lain dilontarkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang menyatakan pembocoran itu membahayakan nyawa orang lain. Tuduhan itu langsung dibantah Assange.

Well, hal itu tidak masuk akal. Soal nyawa yang kemungkinan berada dalam bahaya, selalu didengung-dengungkan organisasi militer atau intelijen, yang terekspos. Empat tahun kerja kami, belum pernah terjadi seseorang secara fisik terluka atau dipenjarakan karena kerjaan kami,” ujar Assange. [KOMPAS - 16 Desember 2010]