Pada dasarnya kegiatan reportase bukan sekadar datang, berkenalan, wawancara, pulang, dan menulis berita. Seperti selalu diingatkan di setiap pertemuan, kegiatan selalu diawali dengan riset dan menjalin kontak. Bahkan, tahapan riset selalu ditekankan untuk dilakukan sepanjang waktu. Kecuali, pas shalat dan tidur.
Setelah hasil riset didapat, maka kegiatan lain yang harus dilakukan jurnalis berikutnya adalah memahami seluruh materi selekas-lekasnya dan memilih poin-poin paling penting di dalamnya. Tidak peduli seberapa banyak materi terkumpul. Tidak peduli seberapa panjang naskah tercetak. Dan tidak peduli seberapa melimpah "peluru-peluru" itu terhidangkan.
Fungsi didapatnya poin-poin penting itu bukan sekadar membuat sang jurnalis makin memahami konteks masalah dengan akurat. Tapi, ia benar-benar tahu bagian-bagian penting yang harus dipilih dan dijadikan referensi saat melakukan peliputan atau wawancara.
Dalam konteks tugas pertama yang meresume atau meringkas hasil perkuliahan, maka sesungguhnya buku Gado-gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-ecek dan hand-out yang diberikan dosen merupakan MATERI-MATERI RISET. Inti sari atau poin-poin yang didapat dari kedua referensi itu hanyalah "modal" untuk melangkah pada tahap reportase berikutnya, yaitu peliputan atau wawancara.
Kesimpulannya, materi utama penulisan tugas itu adalah ceramah atau penjelasan-penjelasan yang diberikan di ruang kuliah. Dosen merupakan narasumber. Penjelasan-penjelesan yang dikemukakannya adalah FAKTA.
Lantas, bagaimana memperlakukan fakta yang begitu melimpah dan super banyak?
Pada dasarnya jurnalis tidak melaporkan seluruh fakta. Keterbatasan halaman atau durasi merupakan salah alasan penulisan secara gila-gilaan alias sepanjang-panjangnya. Dalam keadaan itu, kecerdasan jurnalis dipertaruhkan. Ia mesti memahami situasi lapangan dan memahami APA YANG TEJADI secepat-cepatnya.
Setelah MEMAHAMI peristiwa atau materi wawacara, ia juga mesti selekas-lekasnya menentukan unsur-unsur penting sebuah berita. Persisnya, terkait NILAI BERITA. Sehingga, ia tidak perlu mencatat seluruh fakta laksana peneliti, tapi hanya MEMILIH sejumlah fakta yang dianggap bisa menunjang nilai berita.
Dalam proses penulisan, jurnalis harus mendasarkannya pada fakta yang dihimpun di lapangan. Materi riset hanyalah pendukung untuk memahami masalah atau konteks peliputan. Khusus untuk tugas kali ini, fakta yang didapat dari ruang kuliah harus didukung hasil riset, sehingga keduanya ditulis dalam porsi yang nyaris berimbang. Namun, FAKTA DARI RUANG KULIAH tetap memiliki porsi terbanyak dan terdepan.[]